Sabtu, 08 Juni 2013
Road to ninja part 3
Sebelumnya: Road to Ninja bagian 2
“Entahlah.” Ucap Naruto.
“Ini ramennya!” kata si pemilik Ichiraku sambil
menyodorkan dua porsi besar ramen. “Naruto
memesan ramen kedelai babi, kan?”
Naruto memperhatikan ramen itu, ada sesuatu yang
kurang.
“Pak, disini tidak ada kue ikan naruto (yang
bentuknya spiral itu).” Ucap Naruto.
“Maaf, aku kehabisan.” Ucap si pemilik Ichiraku.
“Tapi, aku sudah menambahkan banyak kelezatan
menma (bagian dari ramen juga).”
Naruto melirik papan menu di depan Ichiraku Ramen
Bar, dan disana memang tertulis “kue ikan naruto
habis.”
Naruto berdiri dan menggebrak meja, entah kenapa
Ia begitu kesal, “Aku benci menma! Aku tidak tahu
apa itu menma! Aku bahkan tidak bisa mengunyahnya!”
“Menma dibuat dari bambu kering, wajar saja kalau
keras dan kasar.” Ucap sang pemiliki Ichiraku.
“Kaulah yang kasar…” ucap Naruto.
Iruka menggebrak meja dan memegang pundak
Naruto, “Kenapa kau begitu memilih-milih?!”
“Ooeeii… jangan bertengkar disini…” ucap sang
pemilik Ichiraku dan Iruka pun mendorong tangannya
yang memegang Naruto.
“Ramen tanpa kue ikan naruto bukanlah ramen!” ucap
Naruto lalu mengeluarkan beberapa uang receh dari
kantongnya dan menggebrakkannya ke meja, “Kuso!!”
Ia lalu berlari ke luar dari bar itu.
“Hei, tunggu, Naruto!” panggil Iruka namun Naruto
tidak memperdulikan.
“Pemuda itu… aku tidak tahu Ia begitu membenci
menma…” ucap sang pemilik Ichiraku yang tidak
mengerti pergolakan apa yang terjadi di batin
Naruto.
“…” Iruka hanya diam saja dan kembali duduk.
Pemilik Ichiraku itu lalu melihat ke uang yang di
gebrakkan Naruto, “Eh? Uangnya tidak cukup…”
-----Road to Ninja-----
Naruto berjalan melewati perumahan diantara
gelapnya malam, “Iruka-sensei… dia bahkan tidak
mengerti pemikiran orang lain…” ucapnya. Lalu tanpa
sengaja Ia melewati rumah Sakura. Terdengar ada
pertengkaran yang cukup keras disana.
“Kenapa kau selalu menentang!?” terdengar suara ibu
Sakura.
“Berhentilah ikut campur dalam segala hal…”
terdengar suara Sakura menyahut. “…Aku bukan
anak-anak lagi!”
Sakura memakai sepatunya dan melangkah keluar dari
rumah,
“Kau mau kemana!?” tanya ibu Sakura. Langkah
Sakura terhenti. Ia memperhatikan fotonya dengan
seragam Chuunin dan diapit oleh kedua orang tuanya.
“Ibu belum selesai bicara!”
“Ini hidupku, jadi berhentilah ikut campur.” Ucap
Sakura lalu membuka pintu dan melangkah keluar.
Ketika keluar dari pintu(?), Sakura bertemu dengan
Naruto.
“Eee?” Sakura terkejut melihat Naruto disana.
“Ada masalah apa?” tanya Naruto.
Terdengar suara ibu Sakura membuka pintu, “Sakura,
berhenti!” lalu Sakura menarik tangan Naruto dan
mengajaknya menjauh dari tempat itu dan dari
ibunya.
“Ayo ikut aku!” ucap Sakura menggenggam tangan
Naruto dengan kekuatan penuh(?). “Aku akan
berkencan denganmu, jadi ikuti aku!”
“Sa-sa-sakitt…. Aku senang akan hal itu tapi tidak
seperti ini…” ucap Naruto meringis.
“Urusaii naaa!!!” ucap Sakura dan menjewer telinga
laki-laki berambut jabrik itu.
“AA… sa-sakitt… Kau sedang melampiaskan
kemarahanmu padaku, ini bukanlah kencan! Hei
Sakura, lepaskan… itu sakit… sakit…”
-----Road to Ninja-----
Naruto dan Sakura duduk di ayunan di sebuah taman
bermain. Nampaknya Sakura sudah sedikit lebih
tenang.
“Ibumu akan mencarimu…” ucap Naruto. “Kau pikir
baik-baik saja kau akan berada disini?”
“Biarkan saja dia sendrian!” ucap Sakura. “Ini sudah
biasa… dia selalu ikut campur setiap apa yang
kulakukan. Dia tidak akan puas sampai semuanya
berjalan sesuai keinginannya. Ayahku juga sama.
Bagaimana perasaannya kalau berada di posisiku?! Dia
melakukan semua yang ibu katakan. Dia seorang Genin
yang bahkan tidak memiliki kesempatan menjadi
Jounin…”
Mendengar itu ekspresi Naruto mulai berubah.
“Aku ingin dia melakukan sesuatu untukku…” lanjut
Sakura.
“Hei…” ucap Naruto.
“Aku harap aku bisa menghormati orang tuaku seperti
yang lain… aku malu memanggil mereka orang tua.”
Naruto meremas pegangan ayunannya, “Sakura,
bukankah kau bicara terlalu kasar!?”
Sakura melompat dari ayunannya, “Apa? Jadi kau di
pihak orang tuaku?”
Naruo berdiri dan membantah, “Apa maksudmu di
pihak orang tua-mu? Aku hanya—“
“Aaaah, dari semua orang yang ada, kenapa harus kau,
Naruto, yang ada disini?” potong Sakura. “Jika
Sasuke yang ada disini, dia pasti akan mengerti aku…”
“Apa?”
Tiba-tiba sesuatu bereaksi di kaki Naruto, nampak
seperti sebuah segel. Nampaknya seseorang pernah
menandai kaki Naruto, mungkinkah saat melawan
tangan Kakuzu waktu itu?
“Eh?” Naruto bingung melihat segel itu, lalu tiba-tiba
seseorang hadir disana.
“Lama tak jumpa, Uzumaki Naruto.” Ucap sang pria
bertopeng (power rangers?).
“Kau… Madara!!” ucap Naruto yang tidak tahu kalau
dikelanjutan komik Masashi Kishimoto Tobi itu adalah
Obito , bukan Madara. Mungkin dia telat bacanya
atau di Konoha belum update #PLAK. Naruto
membentuk kagebunshin yang membantunya membuat
rasengan sambil Ia berlari mendekati Tobi.
“Rasengaaann!!!” ucapnya namun percuma saja, Ia
beserta rasengannya hanya menembus tubuh Tobi.
“Kau masih saja sama.” Ucap Tobi.
“Kuuusssooooo!!!!” ucap Sakura datang dari atas
dengan kekuatan supernya dan berniat menendang
Tobi. Percuma.
“Jangan berpikir bisa membuat kekacauan di desa
ini.” Ucap Sakura.
“Ini sedikit diluar dugaanku, tapi tak masalah.” Ucap
Tobi. Ia lalu mengeluarkan sebuah bola kristal dan
melemparkannya tepat di atas Naruto dan Sakura.
Bola kristal itu tepat berada di bawah gambaran
bulan dan seolah melingkup bulan itu dengan kaca
merahnya, lalu seakan berubah menjadi sharingan.
Bola itu lalu bersinar sangat terang sampai Naruto
dan Sakura tidak mampu melihat apa-apa.
“A-apa yang kau lakukan?” tanya Naruto dan detik
berikutnya cahaya silau itu sudah memutihkan
semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar