Sabtu, 08 Juni 2013
Road to ninja part 5
Sebelumnya: Road to Ninja bagian 4
“Apa ini artinya ada orang-orang tertentu yang tidak
berubah?” pikir Naruto.
“Tidak, tidak, lakukan seperti ini! Lakukan seperti
ini!” ucap Neji yang sedang menggunakan byakugannya
untuk mengintip perempuan di pemandian sebelah.
Di pemandian sebelah, terlihat Sakura dan Hinata
sedang bertengkar.
“Sudah kukatakan, kami tidak punya hubungan
spesial!” ucap Sakura pada Hinata.
“Pembohong! Aku tahu kau ada maksud pada Menma!”
ucap Hinata. “Ah! Perasaan ini! Mungkinkah?”
ternyata Hinata menyadari kalau dirinya sedang
diintip Neji.
“Ah, dia menyadarinya.” Ucap Neji.
“Neji, si*lan kau! Aku akan membunuhmu!” ucap
Hinata.
BLLAAAARRRR!!! Tiba-tiba seseorang terjatuh dari
atas langit ke ruang ganti perempuan, hingga
menembus atap. Untungnya Ino yang ada di ruang
ganti tidak terkena runtuhan.
“Kyaaaaaaaaaaaaaa” Ino berteriak.
“Ha? Apa yang terjadi?” tanya Naruto. Ternyata yang
jatuh dari atas itu adalah Rock Lee.
“Kenapa Lee ada disini?” tanya Sakura yang sudah
mengenakan pajama handuknya.
“Si*alan kau, Lee!” ucap Hinata sambil menarik leher
baju Lee. “Kau bilang kau pergi berlatih, tapi kau
sebenarnya mengintip?!”
“Bu-bukan begitu!” ucap Lee membantah. “Aku sedang
dalam perjalanan pulang setelah berlatih, tapi aku
tersangkut pada sesuatu, ini kecelakaan tak
terduga!”
“Jadi, apa kau berlatih di atap pemandian?” tanya
Tenten. Tenten yang disini terlihat sangat lusuh,
banyak luka ditubuhnya dan juga bajunya yang dijahit
disana-sini.
Hinata menarik baju Lee dan membuatnya berdri
secara paksa, “Sebelum aku membunuh Neji, aku akan
membunuhmu terlebih dahulu!”
“Hei, apa yang terjadi?” Naruto dan laki-laki yang lain
datang. Seketika Ino berteriak saking malunya dan
bersembunyi di belakang Sakura.
“Lee baru saja mengintip kami!” Ucap Tenten.
“Apa? Te-teme!” ucap Neji.
“Kau juga sama!” ucap Hinata pada Neji lalu Ia
melepas pegangannya pada Neji dan menjambak mulut
(?) Neji.
“Tu-tunggu, Hinata-sama…” ucap Neji pasrah. Karena
sudah aman dari Hinata, Lee buru-buru berlari keluar
dari tempat itu.
“Dia kabur!” ucap Hinata.
“Ayo tangkap dia!” ucap Tenten. Mereka semua pun
ikut mengejar Lee kecuali Naruto dan Sakura yang
masih diam.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Sakura.
“Sepertinya tingkah laku teman-teman kita berubah
menjadi kebalikan dari biasanya.” Sahut Naruto.
“Semuanya?” tanya Sakura. “Sasuke juga?” tanyanya.
Lalu Ia dan Naruto sama-sama memperhatikan sosok
Sasuke yang juga tidak ikut mengejar Lee dan masih
ada disana.
“Tidak, dia tidak berubah. Dia tetap seperti
biasanya.” Ucap Naruto.
“Benarkah? Lalu apa Lee juga tidak berubah? Dia
dituduh bersalah…”
“Sakura, ayo pergi!” ajak Naruto lalu Ia dan Sakura
pun menyusul teman-teman yang lainnya untuk
mengejar Lee.
-----Road to Ninja-----
“Kau pikir bisa kabur dari kami jika tidak
menggunakan jutsu apapun?” mereka semua sudah
mengelilingi Lee, nampak siap menjatuhkan pidana
hukuman mati(?) pada si alis tebal itu.
“Aku sangat kecewa, Lee!” ucap Neji ikut-ikutan.
“Kau juga mengintip, bagaimana kau bisa berkata
seperti itu!?” tanya Hinata yang sudah siap memukuli
Neji.
“I-ini hanya salah paham, semuanya. Aku berlatih
melompati atap dan aku terkait sesuatu…” ucap Lee
sambil menunjukkan lengan baju sebelah kanannya
yang nampak robek. “Itulah sebabnya aku jatuh ke
kamar ganti perempuan.”
“Tidak ada alasan!” ucap Hinata ganas.
“Tunggu, Hinata!” ucap Naruto berlari mendekat.
“Dia mungkin tidak berbohong..” ucap Sakura
mendekati Lee dan mengulurkan tangannya untuk
membantu Lee berdiri.
“Sa-sakura…” mata bawang Lee mengeluarkan air
mata terharu.
“Baiklah, aku mengalah. Jika itu tidak benar, kau akan
mati di tanganku!” ucap Hinata mengancam.
“Hentikanlah, Lee bukan orang seperti itu.” Ucap
Sakura dan tanpa tidak sengaja memegang robekan
baju di lengan kanan Lee dan membuat seluruh baju
Lee jadi sobek, dan ternyata Ia…
Lee memakai pakaian dalam wanita.
“Kenapa kau memakai pakaian dalamku? Aku sangat
yakin dia mencurinya di ruang ganti!” ucap Tenten.
“KYAAAAAAAA!! LEE HENTAI!!!”
-----Road to Ninja-----
Naruto dan Sakura duduk di sebuah tangga untuk
menaiki patung Hokage, dan melihat pemandangan
malam desa Konoha dari sana.
“Ini membuatku gila! Sepertinya aku benar-benar
akan menjadi gila!” ucap Naruto. “Ini bukanlah hal
yang bisa kuhadapi. Sasuke ada di desa, namaku
Menma, bagaimana ini bisa terjadi!?”
“Mungkin, kita telah dipindahkan ke dunia lain oleh
jutsu Madara…” ucap Sakura. “…Itu satu-satunya
penjelasan yang bisa kubuat.”
“Apa maksudmu dunia lain? Dunia lain seperti apa?”
“Aku tidak yakin, sejauh ini kita tidak punya cukup
informasi.” Ucap Sakura.
Naruto menghela nafas, “Jadi sebaiknya kita
mengumpulkan informasi dari sekarang.”
“Ya, ayo lakukan itu.” Ucap Sakura kemudian berdiri.
“Dan ingat namamu terlarang di depan yang lain jadi
jangan katakan itu.”
“Eh? Apa yang harus kulakukan?”
“Namamu Menma disini.” Sakura menuruni tangga dan
meninggalkan Naruto. “Jadi, kau harus mencoba
mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Paham,
Menma?”
“Bahkan kau juga, Sakura…” ucap Naruto dan menarik
nafas panjang.
Sakura sudah sampai dirumahnya, namun rumah itu
nampak lebih sepi dari biasanya. Sakura masuk dan
menyalakan lampu, lalu Ia melihat fotonya saat
kelulusan Chuunin. Normalnya, disamping foto itu
seharusnya ada orang tuanya, tapi disini tidak ada.
Sakura membawa sebungkus tas kresek, lalu
memperhatikannya. Ia ingat tadi saat menyusuri jalan
pulang ada seorang ibu-ibu pedagang memberinya tas
kresek itu. Katanya sebagai tanda terima kasih
karena orang tua Sakura sudah menyelamatkan desa.
Sakura menaruh tas kresek itu, dan membuka
sepatunya. Lalu tiba-tiba Ia teringat kata-kata
ibunya, “Sakura, kau harus melepas sepatumu
sebagaimana mestinya!”
Sakura baru ingat kalau di dunia ini yang tidak akan
mendengar kata-kata seperti itu lagi, lalu Ia
melempar sepatunya secara sembarangan dan masuk
ke rumah dengan gembira.
Sementara itu, Naruto berjalan menyusuri jalan ke
rumah dengan lesu, “Tapi namaku Uzumaki Naruto…”
gumamnya. Ia menginjak genangan air dan tiba-tiba
langkahnya terhenti. Ia teringat sesuatu.
“Tunggu, jika ayah Sakura menjadi pahlawan yang
menyelamatkan desa,…” Naruto agak ragu-ragu,
namun Ia bergegas pulang. Langkahnya agak berat, Ia
takut apa yang Ia harapkan keliru. Lama-kelamaan
langkahnya semakinc cepat, Ia ingin segera melihat
apa yang bisa dia harapkan dari dunia aneh ini..
Naruto berdiri di sebuah tiang, melihat rumahnya
dari sana. Terlihat ada cahaya lampu di rumahnya
yang menandakan ada orang disana. Naruto
tersenyum lebar. Mungkinkah… mungkinkah yang
diharapkannya akan…
Ia berlari ke rumahnya dan berteriak, “Ayah! Ibu!”
dan membuka pintu pintu rumahnya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar