Sabtu, 08 Juni 2013
Road to ninja part 9
Sebelumnya: Road to Ninja bagian 8
Kaki Kushina terkena sedikit semburan gelembung
ungu Gamabunta, membuatnya meringis kesakitan.
Nampaknya gelembung itu semacam racun panas atau
sejenisnya.
“Aaaakkhhh!!!” pegangan Kushina pada Naruto
terlepas hingga membuatnya terjatuh.
“Kushina!!” panggil Minato yang langsung
berteleportasi dan menyelamatkan Kushina <3.
“Minato,… ukh…”
Naruto mendarat di depan kedua orang tuanya, dan
menatap bingung ke arah Kushina. “Me-mengapa kau
menyelamatkanku? Dan me-mengapa—“
“Mundurlah, Menma.” Pinta Minato sambil
membaringkan Kushina di rerumputan.
“Tapi—!”
“Jagalah Kushina. Aku akan mengatasi ini.” Ucap
Minato. Ia melemparkan dua buah kunai-nya dan
langsung berteleportasi ke salah satunya.
Gamabunta memukulkan tangannya di tempat Minato
akan muncul, namun karena kecepatan kilatnya,
Minato berhasil menghindar dan mencabut kunainya.
Lalu Ia berteleportasi ke kunai yang satunya yang
berada tepat di belakang para katak.
“Kita kehilangan dia!!” ucap Gamabunta.
Minato dengan cepatnya sudah berada di tempat
penyegelan gulungan itu. Ia memperhatikan jenis
segelnya dan berkata,
“Ini jutsu penyegel yang digabungkan dengan jutsu
ruang-waktu dan jutsu rantai.” Ucap Minato. Minato
duduk bersila dan merapal jutsu, “Sepertinya ini
hanya bisa dibuka oleh aku dan Jiraiya-sensei.”
Setelah Minato merapal jutsu, segel-segel pada
tempat gulungan itu hangus begitu juga segel-segel di
sekitarnya. Begitu segel lenyap, para katak juga ikut
menghilang.
Minato mengambil gulungan itu dari tempatnya,
“Kerja bagus. Aku telah mendapatkan Gulungan Bulan
Merah-nya.” Lalu berteleportasi ke tempat Kushina.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Sakura pada Kushina.
Ia mengeluarkan jutsu medis-nya untuk mengobati
kaki Kushina. Minato mengajak Naruto menjauh untuk
menasehatinya.
“Kushina hanya mendapatkan sedikit luka bakar, kau
seharusnya sudah tahu tentang ini lebih dulu, kan?”
tanya Minato.
“Kumohon tinggalkan aku sendiri!” ucap Naruto. “Ini
bukan urusanmu! BERHENTI BERTINGKAH
SEPERTI ITU!” nada bicara Naruto semakin
meninggi. “Dia terluka karena tindakannya sendiri!
Aku bisa saja menghindar dari serangan itu jika aku
sendirian!”
PLAKKK!!!
Minato menampar Naruto.
“Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendirian.
Tubuh kami bergerak secara spontan saat ada
kemungkinan anak kami terluka.” Ucap Minato.
“Itulah ORANG TUA.”
Naruto membuang mukanya, “Kenapa kau mengatakan
itu kepadaku?”
“Apakah aneh jika aku mengatakan itu?”
“Bukan seperti itu!... mengapa—“
Minato menepuk pundak Naruto, “Jangan pernah
melakukan hal yang membahayakan lagi.” Minato
tersenyum. “Aku sudah bicara pada Kushina bahwa
kami akan menuliskan surat rekomendasi untukmu
menjadi Jounin.”
“Eeeh?”
“Oi, Menma!” panggil Kushina yang berusaha berjalan
mendekat meskipun kakinya terlihat masih sakit.
“Aaah~ Kushina, aku sudah memarahinya~” ucap
Minato.
“Anak ini, benar-benar—“ Kushina berjala cepat
mendekati Naruto,
Naruto menutup matanya spontan, Ia tahu amukan
macam apa yang akan menimpanya. GREBB,… Kushina
memeluk Naruto. Ia tidak marah, Ia justru memeluk
anak semata wayangnya itu.
“Syukurlah kau tidak terluka…” ucap Kushina. Minato
hanya tersenyum. Naruto masih bingung, bingung
bagaimana menanggapi semua kepalsuan yang dibuat
Tobi ini.
Bagaimanapun juga, Naruto tetaplah seorang anak
yang menginginkan kasih sayang kedua orang tuanya.
Dipeluk seperti itu oleh ibunya, perlahan-lahan
Naruto juga memeluk Kushina, dengan erat.
“Sungguh hubungan orang tua-anak yang luar biasa.”
Ucap Kakashi yang memperhatikan dari jauh bersama
Guy dan Sakura. Sakura hanya memperhatikan dalam
diam, nampaknya ini bisa menjadi masalah baru.
-----Road to Ninja-----
Kantor Hokage.
“Sekarang Jiraiya dapat beristirahat dengan tenang.”
Ucap Tsunade.
“Lalu, ayo siapkan pasukan kita! Kita harus segera
melawan pria bertopeng itu!” usul Kakashi penuh
semangat. Guy hanya menggaruk-garuk kepalanya.
“Tidak, kita harus menunggu adanya kesempatan.”
Tolak Tsunade.
“Kesempatan?”
Tsunade menunduk, “Ramalan belum berakhir, ada
kalimat selanjutnya dalam ramalan.” Ucapnya.
“Disebutkan bahwa gulungan Bulan Merah akan
terbuka saat bulan merah keluar. Aku akan
menyimpannya sampai saat itu tiba.”
Gulungan itu lalu disimpan di brankas.
…
Naruto dan Sakura berjalan pulang bersama dari
kantor Hokage malam itu,
“Walaupun kita sudah mendapatkan gulungan Bulan
Merahnya, nampaknya kita harus menunggu lagi.”
Ucap Sakura membuka pembicaraan.
“Yah…”
“Kapan bulan menjadi merah? Kita harus bertanya
pada Tsunade-sama besok untuk—“
“Sa-Sakura, maaf. Tapi aku harus pergi sekarang.”
ucap Naruto dan berjalan pulang dengan penuh
semangat. Semangat apa ini? Langkahnya semakin
cepat. Semakin cepat. Dan semakin cepat. Ia
tersenyum. Apa yang dicarinya? Apa yang dikejarnya?
Ia sudah sampai di depan pintu, namun ada secercah
keraguan di wajahnya. Ia menghela nafas panjang dan
membuka pintu,
Ketika pintu terbuka, yang dilihatnya bukanlah kamar
kosong yang dingin lagi. Disana ada ayah dan ibunya,
di depannya.
“Kau pulang lebih cepat.” Ucap Minato menurunkan
Koran yang dibacanya.
“A-Ayah… I-Ibu…”
Kushina meletakkan panci yang berisi masakannya di
atas meja makan, “Selamat datang di rumah, Menma.”
Naruto menahan air matanya yang akan menetes, dan
berusaha tersenyum.
“AKU PULANG.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar